materi Sosioantropologi

Tugas makalah mata kuliah “Sosioantropologi” sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan masukan dan saran kepada saya demi terwujudnya makalah ini. Saya sadar bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Saya sudah berupaaya semaksimal mungki untuk menyusun makalah ini agar menampilkan yang terbaik. Saya berharap semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Cimahi, 15 Maret 2017 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I: PENDAHULUAN 1.1 PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI 1 A. Beberapa pengertian atau definisi sosiologi 4 B. Pengertian Antropologi 8 BAB II : KAJIAN PUSTAKA 14 2.1 TEORI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN 14 A. Teori-teori pendekatan Sosiologi 14 B. Teori pendekatan Antropologi 16 BAB III : PEMBAHASAN 29 3.1 Analisa peran Sosioantropologi bagi Pendidikan BK 29 A. Psikologi sebagai Ilmu Pendidikan 29 BAB 1V: KESIMPULAN 30 DAFTAR PUSTAKA 31 LAMPIRAN NILAI 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perkembangan Sosiologi dan Antropologi A. Beberapa pengertian atau definisi sosiologi. 1. Pitirim A.Sorokin: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi dengan gejala politik) b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya ekonomi dengan gejala biologis). c. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial. 2. Roucek dan Warren: sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok. 3. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi: sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial. Sebagai bagian dari science sosiologi juga mengalami sejarah perkembangan keilmuan sebagaimana mengalami ilmu pengetahuan lain . Melihat akar sejarah sosiologi, terdapat “ The milestones of science” yang membuat sosiologi bisa terus tumbuh dan berkembang sebagai disiplin ilmu. Adalah Ibnu Khaldun pada abad 14, yang pertama melihat adanya perbedaan tipe masyarakat antara yang nomaden (bepindah) di gurun pasir yang bisa menetap . Dari sini dia memberikan gambaran mengenai munculnya sosiologi sebagai di siplin ilmiah . Kemudian 500 tahun kemudia auguste comte memberikan istilah sosiologi sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri. Atas upaya ini comte di kenal sebagai “ Bapak Sosiologi” . Selanjutnya Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang banyak mempelajari tentang perilaku manusia dilihat dari aspek terbentuknya perilaku dan dinamika perilaku dalam kaitannya dengan kehidupan sosial. Di sisi lain psikologi konseling juga mempelajari perilaku konseli dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidupnya. Sehingga bila dipadukan dapat terjadi sentuhan objek yang dikaji disiplin ilmu tersebut.. Manusia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, dan perilaku manusia akanmenghasilkan budaya, wlaupun di pihak lain budaya sebagai produk perilaku manusia akan berpengaruh terhadap perilaku manusia itu sendiri. Dalam kaitan ini antropologi banyak bermain peran di dalam mengkaji perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebudayaan.Antropologi berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. perubahan social menjadi kajian menarik dan menghasilkan penemuan-penemuan ( Discoveries) dalam sejarah sosiologi . Selain itu, revolusi industry dan revolusi politik eropa abad 19 dan awal abad 20 merupakan factor langsung yang memunculkan teori sosiologi terutama berkaitan dengan kemunculan kapitalisme. Hubungan antara revolusi industry dan kapalisme inilah yang menjadi sumber penting perubahan social terjadi, karena ketika revolusi industry terjadi pula “ enlighment”atau sebagai alat pencerahan dimana terjadi revolusi imu pengetahuan dari berbagai bidang . Kekuatan intelektual sebagai konsekuensi munculya abad pencerahan , juga akan mempengaruhi perkembangan sosiologi . pencerahan adalah sebuah periode perkembangan intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar biasa . Pemikiran yang di hubungkan dengan pencerahan terutama di pengaruhi oleh dua ratus intelektual yakni sains dan filsafat abad 17 . secara keseluruhan abad pencerahandi tandai oleh keyakinan bahwa manusia mmapu memahami dan mengontrol alam semesta dengan memnggunakan akali (nalar) dan riset empiris . Karenanya sosiologi pun berkembanga dengan mencoba memposisikan diri dengan menggunakan akal dan riset empiris. THE MILESTONES OF SOCIOLOGY Sejarah perkembangan sosiologi tidak bisa lepas dari adanya tidak bisa lepas dari adanya sebuah konsep pemikiran atau teori yang di kemukakan oleh oleh seoramg pemikir masyarakat , karena pada dasarnya sosiologi adalah ilmu tentang konsep dan atau teori mengenai sebuah masyarakat dan perkembangan nya . Oleh karena itu perkembagan nya akan sangat tergantung pada penemuan penemuan konsep baru berkaitan dengan dinamika dan perubahan masyarakat .sosiologi akan berkembang pesat ketika masyarakat mengalami krisis . Krisis di pandang sebagai sumber kajian yang menjadi entry point lahirnya konsep dan teori baru . Seperti ketika krisis pada saat revolusi industry maka muncul teori / konsep yang menjelaskan fenomena yang terjadi di kaitkan dengan masyarakatnya . Dari beberapa literature, the milestoes of sociology ( Teman reori / konsep sosiologi ) dapat di bedakan berdasarkan periode yakni teori sosiologi klasik , teori sosiologi modern , teori sosiologi kritis dan pastmoder . Pada masing masing periode terdapat pada beberapa pemikir dengan menawarkan konsep dan teori sosiologi . Selain berdasarkan period juga di bedakan berdasarkan pradigma yang di kembangkan , seidaknya terdapat tiga paradigma utama yaitu : paradigma fakta social , definisi social dan perilaku social . Biasanya konsep dan teori yang di temukan merupakan dukungan ataupun kritik terhadap teori sebalumnya . Penemuan sosiologi juga menghasilkan perumusan kembaliuntuk memperbaiki, merevisi dan merombak paradigm yang lama . Krenanya teori sosiologi memiliki sikap akumulatif dan terjadi proses dialetika sanga mengedepan dalam sosiologi . Sebuah sintesa teori atau konsep merupakan hasil dari adanya tesis yang di krisis oleh anti tesis dan menghasilkan sintesis baru . ORGANISASI KEILMUAN DALAM SOSIOLOGI Sosiologi muncul dan berkembang pesat di eropa , ( jeran, perancis dan inngis ) dan Amerika . Di jerman sangat terkenal dengan frankfut schoolnya dan amerika dengan Chicago school dan Harvard school . Ketiga akademi ini menjadi barometer perkembangan teori sosiologi dunia.Sebagai bukti keberadaan sosiologi di Amerika di bentuk the association sociology of America di singkat dengan ASA pada tahun 1906. Salah satu bagian dari ASA terdapat rural section , bagian yang mempelajari tentang masyarakat pedesaan . Kuliah pertama yang mengusung sosiologi pedesaan di Chicago school pada tahun 1894 . Sosiologi sebagai ilmu social yang mengembangkan teori dan konsep, perkembangan sosiologi sejalan dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat berawal dari masyarakat primitive , tradisional dan modern . Pada masyarakat primitive dan tradisional di gambarkan sebagai masyarakat pedesaan / pedasaan atau rural society . Karena itu pada perhatian awal organisasi keilmuan yang di bentuk adalah memperhatikan masyarakat pedesaan . Kiliah pertama yang mengusung sosiologi pedesaan di Chicago school pada tahu 1894 . Sosiologi sebagai ilmu social yang mengembangkan teori dan konsep, perkembangan sosiologi sejalan dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat berawal dari perkembangan primitive, tradisional dan modern .Pada masyarakat primitive dan tradisional di gambarkan sebagai masyarakat pedesaan/ rutal society . Karena itu pada perhatian awal oraganisasi keilmuan yang di bentuk adalah memperhatikan masyarakat pedesaan ( Rutal society ) . Pada tahun 1906 dengan terbentuk ASA yang memiliki bagian yang mengkaji pedesaan ( Rural section ), menjadi titik mula ( entry point ) munculnya organisasi sosiologi pedesaan . Sebuah tulisan tentang pedesaan di tulis oleh john gillent berjudul ‘’sonstructive rual sociology’’ pada tahun 1913. Pda saat itu polisi Gillent menjadi ketua ASA dan membuat tema sosiologi pedesaan dalam meeting ASA . Rural section memisahkan diri dari ASA dan membentuk rural sociology society ( RRS ) pada tahun 1936 . Sebagai komunitas baru telah mengumpulkan sebanyak 840 anggota . Tahun 1937 menerbitkan jurnal sociologi pedesaan . Tahun 1939 carl taylor di angkat sebagai presiden RSS . Pada tahun 1946 dia di angkat sebagai presiden ASA . Perkembangan sosiologi pedesaan tidak hanya terjadi di Amerika , di eropa juaga ada ESRS ( eouropa society for rural sociology ) Organisasi ini bergabung dengan RRS ( Rural socitye of sociology ) yang ada di amerika membentuk internasional rural sociology association ( IRSA ) . Keberadaan IRSA di dukung oleh tiga kegiatan yakni: amerika, eropa, dan amerika latin . Di amerika latinn organisasi sosiologi pedesaan terbentuk pada tahun 1966 dengan nama LARSA ( Latin American rural sociollogical association ) Kemudiann organisasi ini dapat dukungan baru dari Australia dan Asia. Di Australia dapat OAN Ocenia Australia Network pada tahun 1969 . Di Asia terbentuk organisasi The Asia rural sociology Association ( ARSA ) . Perkembangan sosiologi pedesaan di Indonesia ,belum ada organisasi khusus , baru recananya tanggal 29-30 november 2010 di IPB akan di lakukan pembentukan asosiasi sosiologi pedesaan Indonesia . Tetapi ruh sosiologi pedesaan tampak nyata dengan pemikiran prof selo sumardjan dari IPB yang memperhatikan masyarakat pedesaan sebagai kajian keilmuan . Selama ini organisasi yang di bentuk adalah ISI (Ikatan Sosiologi Indonesia) yang mewadahi kepentingan sosiologi dan perkembangan sosiologi dan perkembangan sosiologi umumnya . B. Pengertian Antropologi Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu.Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial, jadi antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Menurut William A. Haviland, antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan David Hunter memberikan pendapatnya bahwa antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.Selanjutnya Koentjaraningrat menyatakan antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya.Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (worldview). Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda. A. Perkembangan Antropologi Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama. Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut: 1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an) Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia.Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia.Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru.Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut.Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar.Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi. 2. Fase Kedua (tahun 1800-an) Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia. 3. Fase Ketiga (awal abad ke-20) Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya.Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial. 4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an) Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat.Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II.Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Perkembangan Antropologi Di Indonesia Di Indonesia, antropologi berkembang seiring dengan kolonisasi bangsa-bangsa Eropa ke Hindia. Watak khas suatu bangsa dan potensi kekayaan alamnya dilaporkan secara tertulis oleh para pejabat kolonial.Berbagai laporan itu disebut etnologi.Berbagai tulisan etnologi tersebut bermanfaat untuk mempermudah penguasaan kaum pribumi. Keaslian masyarakat dipertahankan kemurniannya oleh kolonial.Penjagaan kemurnian tersebut merupakan strategi agar masyarakat setempat tetap lemah dan mudah dikuasai.Hal ini berlangsung terus sampai Belanda angkat kaki dari tanah air.Setelah Indonesia merdeka, antropologi tetap menempati posisi strategis sebagai ilmu yang bermanfaat untuk menjaga ketertiban sosial.Melalui jasa Koentjaraningrat, antropologi menjadi alat penting guna merumuskan kebudayaan nasional. Dalam rangka merumuskan kebudayaan nasional tersebut, para antropolog diberi tugas untuk meneliti berbagai watak khas masyarakat Indonesia yang majemuk.Penelitian dilakukan untuk mengetahui sikap mental yang cocok dengan pembangunan dan budaya yang bernilai luhur sebagai identitas bangsa, di antara nya pola makan, waktu luang, nilai anak, seni, kekerabatan, sampai konsep sehat dan kematian. Penelitian terlibat sebagai ciri khas antropologi sering dianggap kurang ilmiah.Partisipasi langsung dalam masyarakat dan menggali data melalui wawancara langsung dengan masyarakat dianggap bias.Hal tersebut masih ditambah perhatian antropologi terhadap kaum yang terpinggirkan akibat kesenjangan sosial budaya. Berbagai ketimpangan tersebut berupa diskriminasi ras, ketimpangan gender, dan kemiskinan. Antropologi sangat dekat dengan kehidupan gelandangan, pecandu narkoba, kaum buruh, para penghuni panti jompo, penderita HIV, dan PSK yang semakin menyudutkan posisi ilmu ini. Belakangan ini, banyak antropolog Indonesia melaksanakan berbagai penelitian yang dibiayai oleh sektor swasta dan organisasi non pemerintah, seperti bank, perusahaan transnasional, jaringan waralaba, industri otomotif, ataupun biro iklan yang ingin mengerti bagaimana memasarkan suatu barang hasil industri kepada masyarakat pedalaman. Antropolog juga terlibat dalam berbagai program kampanye politik atau pemasyarakatan berbagai program pemerintah, seperti program KB, padi unggul, pelestarian lingkungan, dan industri pariwisata . BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Sosiologi dan Antropologi dalam Dunia Pendidikan A. Teori-teori pendekatan Sosiologi Pendidikan Menurut Parelius (1978),terdapat dua paradigma konseptual yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang kontras dan telah banyak digunakan ahli sociology of education. Para pengikut dari kedua pemikiran tersebut telah mengakui keunggulan masing-masing paradigma dan keduanya memiliki kontribusi yang berarti dan penting bagi perkembangan pendekatan sosiologi dalam membahas pendidikan.paradigma tersebut merujuk kepada teori konsensus dan teori konflik.secara historic,pendekatan consensus sangat dominan dan tidak hanya digunakan pada studi sosiologi untuk aspek-aspek sosial lainnya.akhir-akhir ini terdapat pula perhatian pada penggunaan perpektif konflik dalam mengkaji pendidikan,dan memperbaharui pemahaman ketidakgunaan dari pendekatan ini dalam membahas pendidikan.walaupun secara actual para ahli menggunakan kedua pendekatan tersebut dalam setiap kajiannya,bahkan kadangkala terjadi ketimpangan satu sama lain,tetapi elemen-elemen kunci kedua pendekatan teori tersebut masih membedakan dari aplikasi kedua pemikiran teoritis. Ballantine,menambahkan satu jenis pendekatan teori dari pendapat parelius, sehingga ia mengungkapan dalamtulisannya bahwa minimal tiga teori penting yang popular digunakan dilingkungan ahli sosiologi pendidikan.Teori pertama dan kedua memfokuskan pada perbedaan pandangan dalam membahas cara masyarakat melahirkan tingkah laku.sedangkan teori ketiga berkaitan dengan interaksi dalam situasi sosial tertentu.ketiga teori ini memiliki “Tingkat analisis” yang berbeda.ballantine menyebutnya dengan teori fungsional,konflik dan interaksi.teori fungsional dan konflik memiliki tingkat analisis makrokosmik yang membahas relasi sosial dan kultur sekolah(dalam konteks system sosial dan kultural pada masyarakat luas).sedangkan teori interaksi memusatkan pada tingkat analisis skala kecil tentang interaksi diantara individu dalam kelompok kecil.ruang lingkup pembahasan aplikasi teori-teori tersebut dalam system pendidikan dapat diikuti pada pembahasan berikut. 2. Teori Fungsionalisme Istilah fungsionalisme diambil dari pendekatan teori yang digunakan dalam sosiologi yaitu fungsionalisme, juga merujuk kepada teori Struktural-Fungsionalisme, Konsensus, atau Teori Equilibrium. Ahli Sosiologi menggunakan pendekatan teori ini diawali dengan asumsi bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalamnya seperti pendidikan merupakan bagian masyarakat yang saling berketergantungan satu sama lain, masing-masing memberikan kontribusi kepada yang lainnya dalam mengoprasikan kegiatan sesuai dengan fungsi yang dimiliki dalam masyarakat. A. Teori fungsional Teori ini memfokuskan studinya pada pernyataan pokok tentang struktur dan fungsi organisasi. Sebagai contoh, ahli sosiologi menggunakan pendekatan teori ini untuk mengkaji pendidikan yang memusatkan perhatian pada struktur bagian pada organisasi seperti sub-sistem dan posisi tujuan pokok system pendidikan tersebut. Ahli sosiologi mengkaji dan menjelaskan kejadian-kejadian tersebut dari perspektif teori dan memandang bahwa hal tersebut merupakan fungsi pendidikan pada masyarakat. Sejak anak belajar untuk menjadi anggota masyarakat dan mengembangkan nilai sosial yang cocok untuk berhubugan dengan yang lainnya, sekolah merupakan tempat belajar yang sangat penting bagi anak. Pendapat Durkheim, ahli-ahli sosiologi memandang bahwa sekolah merupakan lembaga transmisi moral dan pendidikan persiapan kerja, disiplin, serta nilai-nilai penting untuk menjaga kelangsungan hidup pada masyarakat. Masalah yang sering di temukan sebagai kritikan untuk pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini cenderung mengakui terpusatnya sejumlah kepentingan, ideology, dan konflik kepentingan kelompok dalam masyarakat.Masalah kedua adalah bahwa sulitnya menganalisis interaksi individual dari prespektif ini. Hal yang berkaitan dengan kritikan ini bahwa pendekatan fungsional tidak mempunyai perhatian pada “isi” proses pendidikan, tetapi banyak berfokuskan secara ekslusif pada struktur. Sebagai tambahan, hal ini dibangun oleh asumsi tentang perubahan.Perubahan itu terjadi secara perlahan-lahan dan disengaja serta tidak mengganggu system, walaupun hal ini tidak selamanya benar untuk seluruh situasi. B. Teori Konsensus Teori ini meyakini bahwa masyarakat terdiri dari berbagai macam aspek yang memilki jenis, dan fungsi yang berlainan,akan tetapi setiap aspek mempunyai ketergantungan dan saling memberikan sumbangan atau dukungan untuk menjaga keseimbangan dan ketangguhan system social secara menyeluruh.manakala ditemukan gangguan pada satu aspek atau bagian dari system social tersebut ,atau bahkan mengancam untuk menghancurkannya,maka aspek-aspek lainnya memberikan reaksi yangmembawa system kembali kepada keseimbangan semula.kita sebagai masyarakat selalu menyesuaikan pada lingkungannya,memelihara penampilan sikap dan tingkah laku,melahirkan perbuatan yang sesuai dengan yang di akui lingkungan,menjaga nilai dan aturan sehingga tidak menyimpang dari hal-hal yang sudah disepakati masyarakat.karena apabila ia menyimpang dari kesepakatan-kesepakatan tersebut akan mendapat sanksi dari anggota masyarakat lain.bahkan sanksi tersebut tidak saja kena hanya kepada orang yang berbuatnya,akan tetapi dikenakan pula kepada tidak saja kena hanya mempunyai kaitan dengan dirinya. Tetapi analog di atas tidak harus dilebih-lebihkan,karena lembaga social tidak sama dengan bagian-bagian biologis.tingkah laku manusia bersifat tertutup dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.kita dapat berpikir menyeluruh,dan pikiran kita selalu dipengaruhi oleh persepsi tetang dunia di sekitar kita,sikap,dan nilai-nilai yang kita pahami dan terima.hasil pertimbangan pemikiran yang diputuskan melahirkan tingkah laku.teori consensus meyakn bahwa masyarakat tidak dapat survive tanpa kontribusi nilai bersama. Oleh karena itu,kebersamaan dalam memberikan urunan memiliki ciri yang pokok dalam melahirka kesepakatan dihindari oleh teori ini adalah kurangnya perhatian terhadap kepercayaan dan minat kebersamaan. 3. Teori konflik Kalau teori consensus memusatkan pada integrasi fungsional, core values, dan stabilitas sosial. Teori konflik memusatkan perhatian pada paksaan yang terjadi pada masyarakat dan berpengaruh pada perubahan sosial. Pada teori konflik, kekuasaan perjuangan merupakan dinamika pokok dala kehidupan sosial. Pada satu aspek, masyarakat disatukan oleh kelompok sosial yang menuntut kerjasama dari pihak yang memiliki kekuatan; pada pihak lain, masyarakat tak hentihentinya berubah dan dalam situasi yang membahayakan kemudian diintegrasikan. Melalui usaha integrasi inilah lahirnya kelompok elit baru untuk menggantikan kelompok lama. Teori konflik memandang system sosial terbagi kedalam kelompok dominan dan kelompok bawahan. Hubungan diantara kelompok ini menunjukkan bahwa kelompok bawahan diekploitasi oleh kelompok dominan dalam menentukan keseluruhan atau kebanyakan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Kelompok dominan menetapkan nilai diri dan pemandangan dunia bagi kelompok bawahan. Kelompok bawahan memperoleh ancaman yang konstan untuk berada dalam stabilitas system, sedangkan kelompok dominan selalu bersiap-siap menjaga posisinya, melalui kegiatan pemeliharaan pengawasan, mengkreasikan cerita-cerita yang mengsahkan posisinya, membentuk kekuatan untuk memaksa aggota kelompok bawah, “meghembuskan” pertentaangan atau bahkan sampai menggunakan kekuasaan fisik. Dalam beberapa kasus, system tidak dapat stabil selamanya, dan akhirnya kekerasan meledak sehingga system dihancurkan, dan lahirnya masyarakat baru. Ballatine memandang pendekatan dari teori ini didasakan atas asumsi bahwa ketenangan dalam masyrakat diciptakan oleh adanya kompetisi kepentingan individu dan kelompok.ia dipengaruhi oleh tulisan Karl Mark dan Max Webber,bahwa dalam masyrakat terdapat kompetisi kepentingan antara “The Haves” dan “ The Have Nots” yang mengarahkan kepada kestabilan dalam mengajar kemungkinan perjuangan hidup. Orang-orang “ The haves” selalu menguasai berbagai macam kepentingan kehidupan,sedangkan “The Have Nots” selalu mempertahankan diri untuk tumbuhnya kesejahteraan. perjuangan ini memperkuat penetapan struktur dan fungsi organisasi dan tingkatan yang mngembangkan kekkuatan relasi. ”The Haves” sering menggunakan kekuatan paksaan dan manipulasi untuk menguasai masyarakat secara luas,tetapi perubahan kadang kal tidak dapat dihindari dan kadangkadang berjalan secara cepat,hal ini menunjukan bahwa konflik kepentingan mengarah kepada tumbangnya keberadaan struktur kekuatan. 4. Teori interaksi Pada pendekatan teori ketiga ini memandang bahwa sosiologi mempunyai perhatian pada interaksi yang terjadi diantara individu dengan individu lainnya. Setiap individu memberikan sumbangan budaya dalam usaha menjabarkan dan menetapkan lembaga-lembaga social dalam cara-cara yang sama akibat dari kesamaan sosialisasi pengalaman dan harapan. Oleh karena itu, kesempatan norma menjadi dasar bagi setiap individu untuk mengembangkan dan membimbing peralihan tingkah laku, meski pada kenyataan sehari-hari kita dapat memungkiri adanya perbedaan individual mendasari pada pegalaman,kelas social,dan status Pendekatan teori interaksi telah berkembang sejak PD II,dan menekankan pada perkawinan pendekatan social psikologi. Para ahli sosiologi pendidik menggunakan pendekatan ini dalam memperhatikan interaksi individu dalam kelompok : Kelompok berteman, guru siswa, guru dan kepala sekolah, yang memiliki dampak teradap sikap dan kemampuan siswa pada nilai siswa, pada konsep dari siswa dan pengaruhnya terhadap aspirasi; dan pada status social ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan siswa. Lebih jauh, bahwa teori ini menekankan pada pemahaman pandangan pikiran sehat terhadap realitas, bagaimana kita memandang peristiwa dan situasi disekitar kita dan mereaksinya sebagaimana kita berbuat. Aplikasinya kepada pendidikan diwujudkan dalam bentuk kajian proses interaaksi didalam kelas, pengelolaan dan penggunaan pengetahuan, pertanyaan tentang apakah hal itu diajarkan, materi kurikulum dan hal lainnya. Teori ini didasari oleh pemikiran tentang interaksi simbolik, ethnomethodology, dan phenomenology, yang dilandasi suatu pemikiran bahwa pendekatan alternative secara radikal dalam sociology of education dibutuhkan apabila kita mengharapkan pemahaman sistem pendidikan sesuai realitas. Interaksi simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu pendekatan sosiologis oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang berpandangan bahwa manusia sebagai individu yang berpikir, berperasaan, memberi pengertian kepada setiap keadaan, dan melahirkan reaksi dan interpretasi terhadap setiap rangsangan yang dihadapinya. Etnometodologi merupakan kajian yang berkaitan dengan metode-metode yang dipakai individu dalam melahirkan interaksi dengan individu lainnya. Fenomenologi memiliki kesamaan dengan interaksionisme simbolis, bahkan memiliki landasan asumsi yang sama. Fenomenologi mempelajari perolehan, makna dan interpretasi pengetahuan atas kesadaran, serta interaksi individu. B. Teori Antropologi Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori diantaranya: 1. Pendekatan teori antropologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan sosial budaya 2. Pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat Keduanya akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya. Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan sosial budaya dikatagorikan menjadi empat orientasi, yakni: 1. Orientasi teoritik yang fokus perhatiannya diarahkan pada keseimbangan budaya secara statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah 2. Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori-teori ini menjadi menyempurna teori sebelumnya yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalannya 3. Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis dimana sumber teori dating dari rumpun teori structural 4. Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global dibangun atas gejala interdependensi antarnegara dimana teori multicultural masuk didalamnya. Kelompok teori yang memandang perubahan budaya dipandang dalam tiga teori, yakni: 1. Fungsional 2. Evolusionisme 3. Sejarah Linton Freman (dalam Kaplan:2000:49) menyebutkan: “semua mazhab ini, evolusi, fungsional, dan sejarah budaya menyatakan hipotesis yang sama, tetapi dengan bahasa yang berbeda. Asumsi metodologisnya memang berbeda namun bila kita cermati hipotesisnya telah menghilangakan konflik. Semuanya menjadi selaras, yakni menjadi teori tunggal dalam melihat proses dan bentuk perubahan sosial budaya. E.B.Tylor sebagai tokoh evolusionisme memandang, perubahan kebudayaan akan berjalan dari tahap yang sederhana ke tahap yang lebih kompleks. Pikiran ini diadaptasi dari teori bioogi(sains) yang digemari pada masanya. Sementara, Robert K.Merton (fungsionalisme) memandang kebudayaan dengan bagian-bagiannya memiliki fungsi tertentu.Hubungan antar bagian itu membentuk keteraturan. Apabila salah satu tidak berfungsi, maka akan melahirkan disfungsi, sehingga akan mengganggu fungsi kebudayaan yang pada dasarnya menciptakan keteraturan suatu masyarakat. Sama halnya dengan evosionisme, kaum sejarawan budaya memandang keuniversalan. Seperti antropolog Amerika Frans Boas memandang pendekatan sejarah diartikan sebagai upaya mencari tipe budaya yang memperhitungkan aspek lingkungan, factor psikologis dalam kaitannya dengan sejarah. Dalam konteks sejarah masingmasing unsur sangatlah rumit mengingat adanya pelibatan penyebaran dan pengambilalihan ciri psikologis budaya lainnya. Pendekatan filsafat dan teori pendidikan yang dikembangkan oleh ahli secara garis besar dibagi dalam empat kelompok filsafat pendidikan yaitu idealisme, realism, pragmatisme dan eksistensialisme. Empat kelompok ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kecenderungan, yaitu authoritarian dan nonautoritarian.kelompok authoritarian memiliki ciri umum,yakni: Pendekatan filsafat dan teori pendidikan yang dikembangkan oleh ahli secara garis besar dibagi dalam empat kelompok filsafat pendidikan yaitu idealisme, realism, pragmatisme dan eksistensialisme. Empat kelompok ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kecenderungan, yaitu authoritarian dan nonautoritarian.kelompok authoritarian memiliki ciri umum,yakni: 1. tujuan pendidikan yaitu memberikan pelatihan kepada pemuda agar memperoleh kemampuan intelektual dalam mengembangkan hidup; 2. mastery dalam menguasai fakta dan informasi; 3. setiap peserta didik akan mampu belajar menguasai materi tertentu sampai tahapan tertentu bila pembelajaran dilakukan secara seksama; 4. perhatian utama pada hasil test: 5. Penahapan dalam kecakapan,akuntabilitas,strategi pembelajaran yang konvensial 6. Konvergen dalam berpikir,satu jawaban untuk satu pertanyaan yang harus dimiliki jawabannya oleh guru. Adapun kelompok non-autoritarian memiliki ciri utama yaitu : 1. Otak manusia bukan urat yang dapat dikembangan; 2. Umat manusia adalah pemecah permasalahan yang dapat mengambil manfaat dari pengalaman; 3. Penekanan akan pentingannya individu dan kesadaran mengenai kepribadian 4. Minat berkembang bersamaan dengan proses penemuan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik; 5. Pemikiran yang divergen,terdapat sejumlah kemungkinan dalam memberikan jawaban terhadap sebuah pertanyaan dan siswa memiliki kemungkinan dalam menjawab setiap pertanyaan. Terdapat hubungan yang erat antara filsafat dengan teori pendidikan. Hubungan keduanya yaitu: 1. Teori pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat pendidikan; 2. Teori mengarahkan pada pengorganisasian kurikulum; 3. Teori mengarahkan pada makna pembelajaran; 4. Teori dan filsafat menjadi dasar dari ciri lingkungan pembelajaran; 5. Teori dan filsafat menjadi dasar dari tingkatan kelas dan pengujian; 6. Teori dan filsafat berbeda atau satu sekolah dengan sekolah lain dan berbeda untuk setiap Negara. Terdapat hubungan yang erat antara filsafat dengan teori pendidikan. Hubungan keduanya yaitu: 1. Teori pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat pendidikan; 2. Teori mengarahkan pada pengorganisasian kurikulum; 3. Teori mengarahkan pada makna pembelajaran; 4. Teori dan filsafat menjadi dasar dari ciri lingkungan pembelajaran; 5. Teori dan filsafat menjadi dasar dari tingkatan kelas dan pengujian; 6. Teori dan filsafat berbeda atau satu sekolah dengan sekolah lain dan berbeda untuk setiap Negara. Masing-masing teori memiliki ciri sendiri dalam proses pembelajaran.secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : idealisme memiliki ciri dalam pendidikan,yakni : 1. Focus dalam belajar,menekankan pada mata pelajaran litelatur,sejarah ,filsafat dan agama ; 2. Tujuan kurikulum,pendidikan untuk semua; 3. Metode pengajaran,ceramah dan diskusi; 4. Ciri pengembangan bersifat imitasi; 5. Pengembangan keindahan belajar mengenai ahli dalam pekerjaan dan penurunan nilai nenek moyang. Aliran filsafat realism memiliki ciri utama : 1. Focus dalam belajar,menekankan penguasaan mata pelajaran fisik,matematik dan ilmu pengetahuan; 2. Tujuan kurikulum,menguasai alam semesta; 3. Metode pengajaran,menguasai informasi,ceramah,penugasan dan demonstratsi; 4. Ciri pengembangan pengusahaan aturan; 5. Pengembangan keindahan mempelajari desain alam. aliran pragaramatisme berciri: a. Focus dalam belajar,menekankan pada pengalaman sosial; b. Tujuan kurikulum,menciptakan keteraturan sosial; c. Metode pengajaran,pemecahan masalah dan membuat proyek pengembangan; d. Ciri pengembangan pembuatan pemecahan kelompok dengan memperhatikan akibatnya e. Pengembangan keindahan partisipasi dalam proyek seni yang didasarkan pada pertukaran budaya dan nilai universal. Sedangkan aliran eksistensialisme,memiliki ciri dalam pembelajaran: a. Focus dalam belajar,menekankan pada mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan memilih. b. Tujuan kurikulum,kebebassan dan pengembangan pribadi; c. Metode eksplirasi dan diskoveri; d. Ciri pengembangan mengembangkan tanggung jawab; e. Pengembangan keindahan pandangan pribadi mengenai semesta alam,aktivitas atas dasar keinginan diri. selanjutnya dilihat dari hubungan antara filsafat dengan teori pendidikan terdapat kaitan: a. Idealisme memiliki kaitan dengan perenilisme dan esensialisme; b. Realism memiliki kaitan dengan behaviorisme dan positivisme; c. Pragmatism memiliki kaitan dengan progresivisme dan; d. Eksistensialisme memiliki kaitan dengan humanisme dan rekonstruksionisme. Lebih jauh ciri perelialisme dari tiap teori berpandangan bahwa : 1. Prisnsip pengetahuan selalu baru,keabadian; 2. Penekanan pada ide yang besar,pekerjaan besar dan kemampuan untuk memberikan sejumlah alasan; 3. Pemikiran harus dipelihara dengan selalu melakukan jalinan dengan ide; 4. Kebenaran terdapat pada alam dan bukan pada aspek perasaan dari benda. pada focus belajar tampak pada ciri : a. Disiplin diri; b. Pembelajaran diasumsikan sebagai makhluk yang rasional dan memiliki jiwa; c. Penekanan pada membaca,menulis,dan penugasan; d. Menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi.ciri dalam kurikulumnya adalah : o Lebih menekankan kemampuan untuk menguasai membaca,menulis dan berhitung ; o Kelas berikutnya lebih menekankan kemampuan berpikir elit; o Pemberian keterampilan tangan untuk anak yang kurang berbakat; o Pemberian keterampilan tangan untuk anak yang kurang berbakat; o Lebih banyak pengunaan buku. Esensialisme,yang dikembangkan oleh William c bagley tahun 1938,materi penguasaan informasi dan keterampilan.terdapat tiga prinsip esensialisme,yaitu penguasaan informasi utama,kerja keras,pembelajaran yang menekankan pada guru. pandangan utama : 1. Kembali ke basic; 2. Tidak menekankan pada pengajaran kebenaran hakiki; 3. Merangsang pembelajaran agar murid menjadi produktif untuk saat ini; 4. Informasi akan berubah dan berkembang. ciri focus belajarnya mengarah pada : a. Pengjaran budaya yang diturunkan; b. Mengembangkan warga Negara yang baik c. Menekankan pada keterampilan dan keterampilan hakiki; d. Menekankan pada kegemaran dan disiplin mental; e. Penghargaan pada otoritas dalam situasi belajar terstruktur.ciri belajarnya berfokus pada : o Sekolah adalah tempat terbaik untuk mempelajari materi yang ingin diketahui anak dan guru sumber terbaik dalam mengajar segi-segi yang bersifat esensil; o Fungsi guru sebagai penutur pengetahuan; o Fungsi murid yaitu belajar. 1. sedangkan ciri kurikulumnya : o Penekanan pada symbol dan isi terutama yang berhubungan dengan hokum alam,kebenaran 2. dan dunia fisik : o Literlatur, sejarah, bahasa asing dan agama. o Pembelajaran menggunakan ceramah,bahasa bacaan,megingat,penugasan dan pengujian o Kebenaran didefinisikan sesuatu yang dapat dilihat o Mata pelajaran inti dari pendidikan; o Sekolah adalah pemeliharaan pengetahuan. Behaviorisme dengan visi utama melakukan control atas lingkungan dan memiliki dampak pada pengontrolan perilaku individu.teori ini dikembangkan oleh BF Skinner (1904-1990) yang diikuti Pavlov. Perilaku individu.menurut teori ini dapat dilihat dari respon pada perangsang dari luar.kelompok ini memiliki pendapat pula bahwa perilaku individu yang salah dapat diubah dengan cara melakukan perubahan pada lingkungan.setiap orang akan berusaha mengolah pengalaman dan rangsangan yang tidak sesuai dan senantiasa mencari dan mendapatkan pengalaman yang sifatnya sesuai dan memiliki penghargaan tertentu.fokus perhatian dalam belajar,yakni : 1. Perilaku ditentukan oleh lingkungan bukan di sebabkan oelh keturunan; 2. Lingkungan belajar terstruktur dengan baik; 3. Kurikulum berdasar pada perilaku yang objektif; 4. Pengetahuan memiliki keterbatasan pada perilaku yang bisa dilihat. ciri kurikulumnya : a. Menguasai kenyataan; b. Bukti empiric merupakan sesuatu yang utama,menggunakan metode ilmu pengetahuan c. Mengembangkan lingkungan pembelajaran yang mampu menempa perilaku siswa, dengan cara memberikan penghargaan dan motivasi untuk dilanjutkan. sedangkan ciri penguatannya antara lain: a. penguatan positif dan negative b. ada keyakinan bahwa penguatan yang negative tidak terlalu efektif. c. Adanya hukuman d. Dikeluarkan dari sekolah e. Tidak memperhatikan penyebab dari permasalahan yang dihadapi siswa. f. Mencari penyebab yang terjadi dalam lingkungan sekolah dan menggantinya dalam upaya melakukan perubahan perilaku siswa. Aliran filsafat progresivisme dikembangkan oleh Pierce (1939-1914).Progresivisme mendasarkan diri pada kemampuan manusia untuk melakukan penyesuaian pada perubahan. Pengembangan berikutnya antara lain Alvin Toffler, yang membagi tiga gelombang jaman yaitu: 1. Pertanian 2. Industry 3. Informasi Panteori lain yaitu William James (1842-1914) melalui teori kebenaran yang diartikan: 1. Makna dan nilai hanya bisa ditemukan dalam kenyataan atau praktek 2. Kepuasan dari gagasan amat tergantung pada keseluruhan kebenaran Rekonstruktivisme yang ditemukan oleh Counts, Rugg, dan Bramed merupakan perkembangan dari progresivisme dengan penekanan utama pada hubungan antara guru dan murid dan metodologi mengajar.Penekanan pada rekonstruktivisme adalah kebutuhan dari murid dan mengembangkan tujuan jangka panjang dari masyarakat.Rekonstruktivisme juga mengembangkan keteraturan sosial baru dalam upaya mengisi kehidupan yang demokratis. Manusia dapat melakukan control atas lembaga dan sumber dengan dasar pelaksanaan demokrasi internasional. Aliran filsafat humanisme didasarkan pada tulisan Jean Jacques Rousseau (1917-1779).Emile dan Rousseau menekankan bahwa tuhan membuat semuanya serba baik, manusia berada di tengah-tengah.Manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan terlahir dalam keadaan fitrah.Manusia menjadi buruk karena pengaruh organisasi.Menolak pembelajaran yang didasarkan pada kelompok dan memiliki keyakinan bahwa sekolah umumnya kurang memperhatikan pada pengembangan individu dan hubungan yang harmonis antara murid dengan guru. Konstruktivisme mendasarkan pada pengalaman langsung, belajar mengajar secara aktif.Melihat siswa sebagai pihak yang aktif harus dikembangkan peluangnya dalam mengkonstruksi bidang pemikiran. Kebenaran adalah sesuatu yang aktif dikonstruksi berdasarkan makna perorangan dan bukan yang dibentuk oleh pihak lain. Merangsang pemikiran yang kritis.Pemahaman mengenai ide yang besar dan bukan pada kenyataan factual.Lebih menekankan pada bagaimana belajar daan bukan bagaimana penguasaan fakta. Karena sifat-sifatnya ini maka sekolah yang ada saat ini maka sekolah yang ada saat ini tidak sesuai dengan teori konstruktivisme . BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisa peran Sosioantropologi bagi Pendidikan Bimbingan dan Konseling . A. Psikologi konseling sebagai ilmu pengetahuan Psikologi sebagai ilmu pengetahuan (scientific) memiliki hubungan erat dengan sosiologi dan antropologi.Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang ditandai adanya hubungan antara manusia yang satu dan lainnya.Hubungan antarmanusia merupakan kebutuhan manusia bersama, sehingga tidak ada satu pun manusia yang sanggup hidup sendiri.Manusia, di mana pun berada tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakatnya. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang banyak mempelajari tentang perilaku manusia dilihat dari aspek terbentuknya perilaku dan dinamika perilaku dalam kaitannya dengan kehidupan sosial. Di sisi lain psikologi konseling juga mempelajari perilaku konseli dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidupnya. Sehingga bila dipadukan dapat terjadi sentuhan objek yang dikaji disiplin ilmu tersebut. Manusia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, dan perilaku manusia akan menghasilkan budaya, wlaupun dip pihak lain budaya sebagai produk perilaku manusia akan berpengaruh terhadap perilaku manusia itu sendiri. Dalam kaitan ini antropologi banyak bermain peran di dalam mengkaji perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebudayaan. Antropologi berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia . BAB IV KESIMPULAN Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan social yang berdiri sendiri , karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yaitu : suatu pengetahuan dan dan tersusun secara sistematis . Antropologi yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan ( cara-cara prilaku , tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang di hasilkan sehingga manusia yang satu dengan manusia yang lainnya . DAFTAR PUSAKA Johnson D.P . 1990 Teori klasik sosiologi klasik dan modern, PT. Gramedia pustaka Utama Jakarta . Ritzer .G .Goodman , 2004. Teori sosiologi Modern .Jakarta : Prenada Media . Eliza Ebbe. Pendekatan dan Teori Sosiologi Antropologi Pendidikan.Dalam http://www.academia.edu/3753183/Pendekatan_dan_teori_sosiologi_antropologi_pendidikan.Diakses tanggal 11 September 2015. Muhammad Ali, dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. UPI: PT. IMTIMA Taufik rohmah dhohiri, dkk. 2007. Sosiologi 1. Bandung: Anggota Ikapi. Hartono dan Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling (ed). Jakarta: Kencana. Ryn Hiola di 16.08 Berbagi. LAMPIRAN NILAI NAMA TUGAS NILAI Dewi Mita Wati Mencari materi dan ngerapihin makalah 85 Maulidya Nurul Fazrin Mencari materi 85 Puri Indah Membuat power point 85 Sofi Masfiah Mencari materi dan membuat makalah 85 Fauziah Membuat Power Point 85

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah sosiantropologi

Kesimpulan film korea " BABY AND ME "